Rabu, 27 Februari 2013

Dengan Jilbabnya Ia pun Mampu Berdakwah, 7 Profesor Barat Masuk Islam Karenanya


Ilustrasi
Ilustrasi
Muslimahzone.com - Kisah yang satu ini merupakan salah satu contoh dari sekian banyak potret kehidupan seorang wanita muslimah yang begitu bangga dan merasa terhormat dengan agama yang selama ini ia telah hadir mewarnai perjalanan hidupnya . Seorang muslimah yang di hatinya terdengar keras detak syiar agama Allah .
Itualah hati yang mampu mengenal Allah dan Rasul Nya sehingga keraguan tak pernah lagi dijumpai di dalamnya. Dialah sosok seorang wanita muslimah yang hatinya selalu selalu memikul tanggung jawab da’wah. Namun sayang figur semacam ini ternyata langka untuk kita temukan. Ya memang sangat langka sekali.
Ummu Abdul Aziz, begitulah wanita ini biasa disapa dalam kesehariannya. Suaminya seorang dokter yang tinggal di kota Riyadh, Saudi Arabia.
Pada satu kesempatan, Ummu Abdul Aziz harus menyertai suaminya untuk menghadiri salah satu konferensi medis yang diselenggarakan di salah satu negara Eropa. Dengan langkah pasti ia iringi keberangkatan sang suami. Ya, ia sadar sekali bahwa Tuhan yang selama ini ia sembah di negaranya tak lain adalah Tuhan yang akan ia jumpai di negera eropa tersebut. Tuhan yang satu, Allah. Demikian pula halnya kaum Pria yang ia jumpai nya di negara asalnya, Arab Saudi. Oleh karena itu , setibanya di negara tujuan, kondisinya tidak berubah sedikitpun.
Komitmennya untuk senantiasa melaksanakan segala perintah Tuhannya ia selalu pegang dengan baik. Hal ini nampak terlihat jelas dari cara ia berpakaian. Potongan kain yang dikenakannya menutupi seluruh anggota tubuhnya.. Ya Ummu Abdul Azis mengenakan pakaiannya secara lengkap sehingga tidak tak sedikitpun anggota tubuhnya yang dapat terpandang mata, meskipun ia berada di kawasan Eropa yang identik dengan mode-mode pakaian masa kini . Oleh karenanya wajar apabila masyarakat Eropa yang menjumpainya merasa heran dengan pemandangan yang sangat asing seperti yang ia tampakkan. Ia pun mulai menjadi pusat perhatian, seakan-akan bertanya ‘” Makhluk apakah yang ada di balik kain hitam ini?” Benar-benar pemandangan yang sungguh aneh bagi mereka. Pada suatu hari, beberapa wanita Eropa berkumpul mendatanginya. Rata-rata mereka adalah para profesor yang bisa dibilang sudah cukup berumur. Dialogpun akhirnya berlangsung di antara mereka (Qadaralllah ummu Abdul Aziz mampu berbahasa Inggris). Dengan begitu beraninya salah seorang dari mereka mengajukan sebuah pertanyaan , “ Kamu pasti berpenampialan seperti ini hanya untuk menyembunyikan cacat yang ada di badanmu bukan ? Atau mungkin sekedar menutupi wajahmu yang nampak tidak cantik ?? Ya kiranya anggapan seperti itulah yang tertanam di benak mereka selama ini terhadapnya. Ummu Aziz langsung membawa mereka ke salah satu sudut ruangan , lalu membuka cadar yang selama ini menutupinya wajahnya. Ternyata ia nampak sebagaimana wanita normal pada umumnya , tanpa ada cacat sedikitpun sebagaimana dugaan mereka. Bahkan mungkin parasnya lebih cantik dari wanita biasanya, insya Allah. Kesempatan ini tentu tidak ia biarkan berlalu begitu saja tanpa menyampaikan sesuatu kebenaran.
Setelah memperlihatkan wajahnya , Ummu Abdul Azis langsung mulai masuk ke pembicaraan inti. Ia jelaskan kepada mereka bagaimana Islam memposisikan wanita . Ia paparkan sejauh mana penghormatan dan aparesiasi agama Allah ini terhadap kaum Hawa selain ia berikan gambaran tentang ajaran agama Islam secara umum. Tahukah apa yang terjadi setelah itu ? Ya setelah tiga jam berlalu, sebanyak tujuh dari sepuluh Professor wanita tadi langsung mengikrarkan keislaman mereka! Tak lain karena Ummu Abdul Aziz atas izin Allah! Bayangkan tujuh orang Professor masuk Islam hanya dalam kurun waktu tiga jam setelah melakukan dialog.
Sebagai seorang muslimah Ummu abdul Aziz tidak merasa kecil sehingga menjadi asing dengan ajaran agamanya Kehadirannya di negara pengusung faham liberalisme yang jauh dari tata nilai sosial tersebut . Ia tetap berpakaian muslimah sejati dan tidak mempengaruhinya untuk berganti pakaian super ketat dengan hiasan renda di sana-sini seperti perhiasan kejahiliyahan layaknya barang murahan.
Tujuh orang professor wanita menyatakan keislaman mereka . Allah pun meninggikan derajat mereka dengan agama ini. Agama yang selama ini menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi sosok seperti Ummu Abdul Aziz. Figur dari seorang muslimah yang berusaha untuk mengajak umat ini kepada jalan Allah. Ia fungsikan dirinya sebagai media turunnya hidayah bagi siapa yang Allah kehendaki. Dengan cara seperti ini ia mampu merubah pandangan minor mereka terhadap agama yang Allah ridhai ini.
La ilaha ilallah….semoga Allah senantiasa memberikan taufikNya kepada dirimu, Ummu Abdul Aziz. Allah jaga dirimu sehingga benar-benar bermanfaat bagi agama dan ummat ini. ..Amiin
Disador dari isah tulisan: Muhammad Saleh Al Qathan

Hitam di Dahi, Apakah Ini Min Atsari Sujud?


Hitam di Dahi, Apakah Ini Min Atsari Sujud?
anneahira.com
Sering kita dapati terdapat kapal atau kapalan pada kening atau dahi kita, akibat gesekan antara dahi dengan alas sujud kita. Kapalan tersebut kemudian membekas menjadi noda hitam. Apakah tanda hitam di dahi ini yang dimaksud dengan min atsari sujud?
Sebuah rubrik tanya jawab berikut dapat menjawab pertanyaan di atas. 
Tanya:
“Bagaimana cara menyamarkan/menghilangkan noda hitam di kening/di jidat karena sewaktu sujud dalam shalat terlalu menghujam sehingga ada bekas warna hitam?”
0281764xxxx
Jawab:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Yang artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS al Fath:29).
Banyak orang yang salah paham dengan maksud ayat ini. Ada yang mengira bahwadahi yang hitam karena sujud itulah yang dimaksudkan dengan tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Padahal bukan demikian yang dimaksudkan.
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksudkan dengan ‘tanda mereka…” adalah perilaku yang baik.
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang kuat dari Mujahid bahwa yang dimaksudkan adalah kekhusyukan.
Juga diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Qatadah, beliau berkata, “Ciri mereka adalah shalat” (Tafsir Mukhtashar Shahih hal 546).
عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟
Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut.
Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ رَأَى أَثَرًا فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنَّ صُورَةَ الرَّجُلِ وَجْهُهُ ، فَلاَ تَشِنْ صُورَتَكَ.
Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).
عَنْ أَبِى عَوْنٍ قَالَ : رَأَى أَبُو الدَّرْدَاءِ امْرَأَةً بِوَجْهِهَا أَثَرٌ مِثْلُ ثَفِنَةِ الْعَنْزِ ، فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا بِوَجْهِكِ كَانَ خَيْرًا لَكِ.
Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada dirimu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).
عَنْ حُمَيْدٍ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ إِذْ جَاءَهُ الزُّبَيْرُ بْنُ سُهَيْلِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَالَ : قَدْ أَفْسَدَ وَجْهَهُ ، وَاللَّهِ مَا هِىَ سِيمَاءُ ، وَاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ عَلَى وَجْهِى مُذْ كَذَا وَكَذَا ، مَا أَثَّرَ السُّجُودُ فِى وَجْهِى شَيْئًا.
Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).
عَنْ مَنْصُورٍ قَالَ قُلْتُ لِمُجَاهِدٍ (سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ) أَهُوَ أَثَرُ السُّجُودِ فِى وَجْهِ الإِنْسَانِ؟ فَقَالَ : لاَ إِنَّ أَحَدَهُمْ يَكُونُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مِثْلُ رُكْبَةِ الْعَنْزِ وَهُوَ كَمَا شَاءَ اللَّهُ يَعْنِى مِنَ الشَّرِّ وَلَكِنَّهُ الْخُشُوعُ.
Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid tentang maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’ apakah yang dimaksudkan adalah bekas di wajah?
Jawaban beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang ‘kapal’ yang ada di antara kedua matanya itu bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyu’an” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702).
Bahkan Ahmad ash Showi mengatakan, “Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij (baca: ahli bid’ah)” (Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr).
Dari al Azroq bin Qois, Syarik bin Syihab berkata, “Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang shahabat Muhammad yang bisa menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat. Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau dengar dari Rasulullah tentang Khawarij!”.
Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kalian suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah lalu beliau membaginya. Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada hitam-hitam bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan dengan harapan agar Nabi memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak memberinya.
Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”.
Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku”. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda,
يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ
“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Ciri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798, dinilai shahih li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth).
Oleh karena itu, ketika kita sujud hendaknya proporsonal jangan terlalu berlebih-lebihan sehingga hampir seperti orang yang telungkup. Tindakan inilah yang sering menjadi sebab timbulnya bekas hitam di dahi.
Sumber rubrik konsultasi: ustadzaris.com
Tambahan redaksi; menggunakan alas sujud berupa kain yang agak tebal dan lembut dapat menjadi langkah alternatif sebagai bukti kehati-hatian kita. Wallahu’alam.

Dan Al-Quran pun Mengadu




Ilustrasi. (inet)
Ilustrasi. (inet)
dakwatuna.com
Dan Al Qur’an pun mengadu

Pernahkah kita membayangkan itu?

Pernahkah kita memikirkan bahwa suatu ketika Al Qur’an akan mengadu.
Mengadu tentang keengganan kita untuk sejenak meliriknya
Keterburu-buruan kita ketika membacanya
Mengadu tentang bacaan yang tidak sesuai dengan aturannya
Mengadu tentang kita yang tak pernah meresapi makna-makna indah yang ia tebarkan sejak ta’awuz dilafazkan
Mengadu tentang kita yang lalai, lalai dan terus saja lalai untuk sedikit mencoba memaknai isinya
Mengadu akan sikap kita yang sering mencari tandingannya

Bukankah aku adalah kitab yang sudah terjamin?
Bukankah Rabb kita telah menitipkanku padamu?
Hingga tiba waktu kita mengucapkan selamat tinggal padanya
Pada mutiara indah bernama Al Qur’an

Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (QS. Al Baqarah: 2)

Selasa, 26 Februari 2013


Hasil Syuro PSDM LDK BAABUSSALAM, 26 Februari 2013, Teras Masjid Kampus SNAB UNTIRTA
Bismillah..
hasil syuro PSDM terkait kegiatan aktifasi perangkat Tarbiyah :
  1.   BEST (Baabussalam Education School Training) akan dilaksanakan pada Sabtu, 2 Maret 2013 bertempat di Gedung A lantai 2*, waktu : pukul 08.00 – 10.00 WIB.
  2. Peserta Best kali ini adalah BEST 1 (peserta yang sudah mengikuti mapantaat) dan BEST 2 (peserta yang sudah mengikiti DATA 1) angkatan 2011 – 2012 (ikhwan dan akhwat).
  3. Tema yang akan diangkat adalah (Orientasi Best/Manajemen Organisasi).
  4. Tugas seluruh peserta BEST adalah hafalan hadits 1 ‘Arbain tentang NIAT.
  5. Peserta wajib datang 10 menit sebelum acara dimulai.
  6.  Agenda MABIT/TASQIF/Asyiknya Diskusi,  sedang dalam proses pembuatan jadwal (insya Allah minggu ini jadi) dan akan dirutinkan mulai bulan maret 2013.
  7. Bagi PSDM Lovers (STAFF PSDM), sudah mulai start hafalan juz 30, setiap 2 minggu sekali di murajaah.
  8.  Untuk meningkatkan kultur ruhiyah (kultur tarbiyah), setiap magrib ba’da shalat sunnah magrib IKHWAN berkumpul dipojokan masjid untuk bersama2 membaca dzikir Al-Matsurot Sugra (Bagi yang belum punya segera MILIKI), AKHWAT mengkondisikan.

Minggu, 24 Februari 2013

Khusu' dalam hidup




Ka'bah (inet)
Ka’bah (inet)
 Pada tahun keempat kenabian saat beberapa sahabat Rasulullah SAW dalam suasana “bercanda” sesama mereka, turun ayat yang menegur mereka:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (Al-Hadid: 26).
Ini adalah peringatan dini kepada para sahabat yang baru empat tahun beragama Islam, karena memang generasi yang akan dibentuk adalah pondasi dari seluruh bangunan Islam yang kita nikmati sampai hari ini, juga adalah generasi yang kuat dari seluruh aspeknya. Ciri utama generasi ini yang menggabungkan kekuatan fisik, kekuatan ruh/iman dan pikiran adalah fokus yang sangat tajam pada orientasi/tujuan, dan itulah makna khusyu’ yang sebenarnya. Kalau kita melihat ayat yang menegur para sahabat yang dalam suasana bercanda itu menunjukkan bahwa Allah swt ingin agar “sifat kelemahan” ini tidak ada pada generasi yang akan menjadi pondasi bangunan dakwah ini. Belumkah datang saatnya.
Jadi yang dimaksud khusyu’ adalah:
الخُشُوعُ : اَلاِتِّصَالُ الدَّائِمُ بِاللهِ الَّذِي هُوَ غَايَتُنَا (الِاتِّصَالُ الدَّائِمُ بِالْهَدَفِ)
Ketersambungan yang terus-menerus dengan Allah swt yang menjadi tujuan kita.
Jadi ada semacam “sense of direction” (perasaan terarah yang terus menerus disertai dengan ketekunan, kesungguhan untuk menjadi semua proses mencapai tujuan. Jadi khusyu’ tidak ditandai dengan tampilan yang menunjukkan kita adalah orang yang terus menerus “menunduk”, tetapi ia adalah ingatan yang terus menerus kepada Allah Taala, kepada akhirat, kepada tujuan akhir yang membuat kita terus menerus mendapat energy untuk bekerja tanpa henti.
Oleh sebab itu, kalau kita ingin mendefinisikan tarbiyah ruhiyah dari maraji’ da’wiyah, dan juga turats (warisan) tarbiyah ruhiyah dari ulama kita yang mereka mengambilnya dari Al-Quran dan Sunnah maka secara sederhana tarbiyah ruhiyah adalah:
التربية الروحية : فَنُّ الصُّعُوْدِ الْمُسْتَمِرِّ فِي عَالَمِ الْكَمَالِ الْإِنْسَانِيِّ
Seni untuk mendaki secara terus menerus di alam kesempurnaan manusiawi.
Jadi kita ini ibarat mendaki gunung, dan gunung ini gunung kesempurnaan kita sebagai manusia. Proses pendakian itu adalah proses yang terus menerus, semakin kita naik semakin berat situasinya karena oksigennya makin sedikit, bebannya makin banyak. Itu sebabnya Imam Syahid menyebutkan bahwa di antara manusia hanya sedikit yang beriman, dan di antara yang beriman hanya sedikit yang beramal, dan di antara yang beramal hanya sedikit yang berdakwah, dan di antara yang berdakwah itu hanya sedikit yang sabar, dan di antara yang sabar itu hanya sedikit yang benar-benar sampai ke akhir perjalanan. Itu menunjukkan bahwa semakin ke atas semakin mengerucut dan semakin sedikit anggotanya. Oleh karena itu Abu Bakar berdoa:
اللَّهُمَّ اْجْعَلْنِي مِنَ القَلِيلِ
Ya Allah jadikanlah aku di antara yang sedikit itu.
Allah juga menyebutkan:
ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ وَقَلِيلٌ مِنَ الآخِرِينَ
Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian (Al-Waqi’ah: 13-14).
Iman yang kita pelihara di dalam diri kita ini mempunyai dua bentuk ekspresi kekuatan:
(1) الْقُوَّةُ الَّتِيْ نَتَحَمَّلُ بِهَا الْوَاجِبَاتِ والطَّاعَاتِ
(2) الْقُوَّةُ الَّتِيْ نَتَصَدَّى بِهَا الأَعْدَاءَ وَالْإِغْرَاءَاتِ

  1. Kekuatan yang kita perlukan untuk memikul beban kewajiban dan taat
  2. Kekuatan yang kita perlukan untuk menghadapi musuh dan juga godaan
Jadi satu sisi dari kekuatan itu kita perlukan untuk memikul beban, dan sisi lainnya untuk menghadapi musuh. Karena selama kebenaran dan kebatilan “fii shira’in daa-im” (senantiasa ada dalam konflik abadi), maka kita selamanya akan punya musuh. Al-Quran menyebutkan:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا
Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong. (Al-Furqan: 31)
Ayat ini seharusnya menghidupkan dalam diri kita apa yang disebut dengan “sense of war” الْحَسَّاسِيّةُ الْحَرْبِيَّةُ hasasiyah harbiyah, bahwa kita senantiasa ada dalam perang, sebagian dari musuh kita adalah setan yang tidak tampak, dan sebagiannya tampak. Dan yang tampak itu lebih keras dari yang tidak tampak, karena bisa lebih sadis. Iblis hanya berbisik-bisik, tetapi setan yang tampak bisa membunuh, memenjarakan dan seterusnya. Tapi tidak ada seorang pun yang bisa melepaskan diri dari keadaan “mempunyai musuh”.
Dalam dua sisi/ekspresi iman inilah kita harus memfungsikan tarbiyah ruhiyah itu dalam kehidupan pribadi kita maupun di dalam jamaah. Energi untuk memikul beban dan energi untuk melawan.
Kalau kita membaca buku Madarijus Salikin: ada sisi sebelah kanan kita yaitu “daairah al-wajibaat wal-mustahabbaat” bahwa kita selalu melaksanakan daftar amal-amal yang wajib dan sunnah, sedangkan di sisi kiri kita meninggalkan “daairah al-muharramaat wal makruuhaat” meninggalkan yang haram dan makruh. Nanti kalau kita sudah naik tinggi seluruh waktu kita diisi dengan yang wajib dan sunnah, selanjutnya secara perlahan-lahan kita meninggalkan yang sifatnya mubah supaya semuanya dikonversi menjadi mustahabbaat (yang sunnah/disukai Allah). Dan ini membutuhkan energi yang tidak sedikit, energy untuk melaksanakan daftar kebajikan yang begitu banyak. Tetapi pada waktu yang sama kita juga membutuhkan energy untuk melawan, karena waktu kita melaksanakan kewajiban ini kita tidak berjalan mulus, tidak sendirian, ada gangguan. Ada usaha untuk mencegah kita melaksanakan kewajiban-kewajiban itu. Usaha inilah yang dilakukan oleh musuh, oleh karena dua sisi keimanan inilah yang harus terus menerus kita picu.
Kalau tarbiyah ruhiyah itu hanya memberi energy kepada kita untuk melaksanakan kewajiban dan memikul beban tetapi tidak memberi energy untuk melawan, pasti ada yang salah dalam proses tarbiyah ini. Begitu juga sebaliknya. Itulah sebabnya kita mengenal istilah “ruhbanun billail wa fursanun bin nahar” , dan itulah dua sisi keimanan. Waktu menjadi ruhban itulah sisi keimanan yang memberinya energy untuk melaksanakan daftar kewajiban yang begitu banyak, saat menjadi fursan (pasukan perang) itulah sisi keimanan yang memberinya energy untuk melawan.
Jadi ia hanya ada dalam dua warna hidup: ibadah dan perang. Dua hal ini yang memang dihindari oleh tabiat manusia, kita tidak ingin memikul beban dan tidak ingin melawan musuh. Karena pola hidup seperti ini berat, maka kita diajarkan doa dalam al-ma’tsurat:
اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن ، وأعوذ بك من العجز والكسل ، وأعوذ بك من الجبن والبخل ، وأعوذ بك من غلبة الدين وقهر الرجال
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan bakhil, dari tekanan utang dan dominasi kesewenangan orang-orang.
Coba perhatikan urutan doa ini: al-hammu wal hazan itu di dalam hati, inilah racun yang menjadi sumber kerapuhan ruhiyah kita. Nanti penampakkan karakternya pada diri kita ada pada ajz (kelemahan) dan kasal (kemalasan) berhubungan dengan internal individu. Perhatikan selanjutnya al-jubn (sifat penakut) dan al-bukhl (bakhil): ini adalah karakter yang berkaitan dengan hubungan sosial kita, takut menghadapi musuh dan tidak mau berkorban. Jika racun dalam hati itu ada berupa al-hamm wal hazan, dan tampak dalam diri berupa al-‘ajz wal kasal, lalu tampak dalam karakter yang berhubungan dengan relasi sosial kita yaitu al-jubn wal bukhl, maka penampakan sosial politik kita secara keseluruhan adalah ghalabatid dayn wa qahrir rijal yaitu ketergantungan ekonomi dan ketergantungan politik, gampang diintimidasi oleh orang lain, tergantung secara finansial kepada orang lain dan gampang diintimidasi. Itulah penampakan umumnya yang berasal dari hati berupa al-hammu wal hazan.


Cara Menjadi Pribadi Yang Menarik dan Menyenangkan


Cara Menjadi Pribadi Yang Menarik Dan Menyenangkan

9
Diposkan oleh Permathic on Jumat, 27 Januari 2012 , in 
Cara Menjadi Pribadi Yang Menarik Dan Menyenangkan.
Mungkin bagi sebagian orang, bisa memiliki teman or rekan yang menarik ( dalam arti teman yang bisa membuat kita terhibur atau merasa nyaman didekatnya)  adalah hal yang pasti akan sangat menyanangkan. Apalagi pribadi menarik tersebut ada dalam diri kita, tentu bakal banyak orang senang berteman dan bergaul dengan kita. Tapi untuk menjadi pribadi yang menarik dan menyanangkan itu tentu tidaklah mudah. Karena beda dengan kecantikan dan kegantengan, cantik dan ganteng itu merupakan sesuatu yang langsung diberikan dari yang di atas. Tapi untuk kepribadian itu murni dari hasil belajar dan adaptasi dari lingkungan. Oleh sebab itu Kepribadian seseorang itu ada bukan dari sejak lahir, melainkan terbentuk dari suatu proses.
Lalu bagaimana cara untuk menjadi pribadi yang menarik dan menyanangkan ? berikut beberapa tips menjadi pribadi yang menarik :


Cara – cara menjadi pribadi yang menarik dan Menyenangkan 

  • Sopan santun : Selalu sopan dan baik terhadap orang lain menyebabkan kita menjadi menarik dan menyenangkan bagi orang lain tersebut. Bila bertemu dengan siapapun kita hendaknya "hangat" dan ramah kepadanya. Tegur sapa yang manis dan hangat, seperti : Halo...apa khabar, Selamat Pagi..., Selamat Siang..., dsb harus selalu kita ucapkan lengkap dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang tulus yang mencerminkan dan mewakili itu semua.
  • Keramah-tamahan : Prinsip "SENTUHLAH HATINYA", haruslah DIPEGANG dan DIFAHAMI BETUL guna menimbulkan KESAN MENARIK dan MENYENANGKAN pada diri kita.
  • Rasa hormat :  Kalau kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakuakn mungkin akan menimbulkan Ketegangan, sebab orang lain mungkin tidak menyukai cara-cara kita tersebut. Sebaliknya, kalau kita memperlakukan orang lain dengan cara sebagaimana mereka ingin diperlakukan maka hakekatnya kita telah menangkap inti dari fleksibiltas diri kita yang sebenarnya.
  • Penuh perhatian : Sikap penuh perhatian berarti menyadari "apa saja yang sedang berlangsung di lingkungan kita". Sikap penuh perhatian berhubungan dengan kemampuan membaca situasi yang tersirat (implicit). Ini bisa dimulai dari sesederhana memperhatikan ketika seseorang merasa bosan dan merasakan bahwa sekarang bukan saatnya untuk menyampaikan gagasan-gagasan kita.
  • Jadilah pendengar yang baik : Kalau bicara itu perak dan diam itu emas, maka pendengar yang baik lebih mulia dari keduanya. Pendengar yang baik adalah pribadi yang dibutuhkan dan disukai oleh semua orang. Berilah kesempatan kepada orang lain untuk bicara, ajukan pertanyaan dan buat dia bergairah untuk terus bicara. Dengarkanlah dengan antusias, dan jangan menilai atau menasehatinya bila tidak diminta. Dan berusahalah sesering munkin untuk berbicara tentang dia bukan tentang diri sendiri, karena orang lain lebih suka ketika kita membicarakan tentang dirinya, dalam arti hal2 yang baik.
  • Memberikan Sapaan akrab : Ketika kita berteman dengan seseorang dan dalam pertemanan tersebut kita sering memanggilnya dengan kata sapaan akrab, tentu rasa pertemanan akan terasa lebih akrab. Atau dengan sesering mungkin menyebut namanya ketika sedang berkomunikasi, jadi hindari dengan menyebut kata kamu, elo dan sebagainya.
  • Royallah dalam berteman : Dalam suatu pertemanan hendaknya kita bersikap royal terhadap teman kita, Jangan pernah membatasi dalam memberikan bantuan terhadap teman sendiri. Bahkan hanya dengan kita mau meluangkan waktu untuknya itu sudah sangat cukup. Apa lagi hal2 yang lain.
  • Menahan ego pribadi dan Mau mementingkan orang lain : Setiap orang tentu mempunyai ego masing2, namun ketika kita bisa menahan ego kita demi orang lain. Itu adalah hal yang luar biasa.
  • Hal Yang terpenting : Dari semua tips diatas, ada hal yang jauh lebih penting ! Lakukanlah semua itu dengan ikhlas demi untuk kebaikan diri sendiri. Bukan demi mendapatkan keuntungan atau demi meraih timbal balik. Dan janganlah membohonghi diri sendiri. Buatlah semua itu adalah memang untuk merubah kepribadianmu. Bukan kepribadian yang dibuat – buat demi maksud tertentu.